Mengenal Pemimpin OPM, Pencetus Proklamasi 1 Juli 1971, Brigadir Jenderal Seth J. Rumkorem
_________________________________________________
Oleh: Constantinopel Ruhukail, Producer Majalah Fajar Merdeka dan Pro-Patria di bawah Kementerian Penerangan Pemerintahan Revolusi Sementara Republik Papua Barat(PRS-PB) - Markas Victoria - Nagasawa, Ormu Kecil, 1982.
________________________________________________
Di masa Belanda, Seth Jafet Rumkorem adalah seorang pegawai rendah Maskapai Penerbangan KLM yang beroperasi di Jepang. Ia bekerja di Maskapai ini setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya di PMS KotaRaja, Abepura.
Sebagai hasil dari New York Agreement, Indonesia resmi mengambil-alih Papua Barat dari kekuasaan Belanda pada tanggal 1 Mei 1963. Indonesia secara tergesa menggantikan nama wilayah Papua Barat dari Netherlands Nieuw Guinea menjadi Irian Barat, dan melantik Eliezer Jan Bonay sebagai Gubernur Irian Barat.
Setelah Papua Barat diambil-alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, Seth Jafet Rumkorem - pemuda Papua asal Biak ini - berpindah tempat dari Jepang ke Jakarta dan melamar melamar ke Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang untuk mengikuti pendidikan militer (SeCaPa).
Rumkorem berhasil menyelesaikan pendidikan militernya sebagai Calon Perwira (Dua Knop). Ia kemudian dilantik dengan pangkat ‘Kapten’ dan ditugaskan di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) Jakartra. Lolos dan berhasilnya Seth J. Rumkorem dalam mengikuti pendidikan militer di AMN Magelang ini disebabkan juga oleh posisi dan jasa ayahnya, Lucas Rumkorem, yang namanya berada dalam daftar orang2 Papua pro-Indonesia yang berperan aktif untuk melincinkan jalan bagi masuknya Papua dalam bingkai NKRI. Lucas Rumkorem dianugrahi pangkat "Mayor Tituler' oleh Jakarta karena sikapnya yang pro-Indonesia.
Apa tugas utama Rumkorem di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD)?
Di MBAD Jakarta, Seth Rumkorem bertugas sebagai seorang intelligent. Dengan bekal disiplin yang tinggi yang dimilik oleh Rumkorem ketika mengikuti Pendidikan dasar dan menengah di jaman Belanda, ia menjadi seorang anggota militer yang sangat disegani oleh teman2 se-angkatannya. Rumkorem juga memiliki kecakapan dan keahlian di bidang kemiliteran yang tinggi dalam melaksnakan suatu penyelidikan untuk mengungkapkan secara hukum kasus2 kriminal yang tersembunyi yang dilakukan baik oleh militer maupun sipil.
Mengapa Rumkorem harus meninggalkan Markas Angkatan Darat Indonesia dan bergabung dengan Gerakan Perjuangan Pembebasan Papua Barat?
Ketika beliau diwawancarai (June 1982) di pantai Nagasawa, Ormu Kecil-Jayapura, sehari sebelum bertolak meninggalkan Papua Barat menuju Vanuatu dalam rangka merealisasikan Proyek Padaido*), Rumkorem menjelaskan bahwa ada tiga (5) hal yang mendorong dirinya untuk meninggalkan tugas militernya dengan Indonesia dan masuk bergabung dengan para gerliawan Papua Merdeka di daerah perbatasan:
1. Memimpin dan melanjutkan perjuangan phisik yang telah dirintis oleh alm. Permenas Ferry Awom, dkk., di Manokwari (28 Juli 1965);
2. Menggunakan ilmu dan keahlian/profesinya di bidang militer untuk mendidik dan melatih pemuda/pemudi Papua Barat untuk menjadi anggota Tentara nasional Papua yang Tangguh dan bertanggungjawab terhadap perjuangan pembebasan tanah dan bangsanya dari kolonialisme;
3. Memimpin pasukan pembebasan Papua Barat untuk mengadakan perlawanan/perang gerilia terhadap pos2 militer Indonesia;
4. Membentuk Pemerintahan Revolusi Sementara sebagai Pemerintah Rakyat Papua Barat untuk mengadakan hubungan diplomasi dengan membuka kantor2 perwakilan Rakyat dan Bangsa Papua Barat dengan negara2 kulit hitam di Afrika, Karibia dan Pasifik Selatan;
Nama Pemerintah yang dibentuk oleh Kapten Seth J. Rumkorem dan Jacob H. Prai disebut/dikenal dengan nama: Pemerintah Revolusi Sementara Republik Papua Barat – PRS/PB atau The Revolutionary Provisional Government of the Republic of West Papua – RPG/WP.
5. Memproklamirkan berdirinya Negara Republik Papua Barat sebagai tanggapan dan jawaban rakyat dan bangsa Papua terhadap Hasil Pepera yang tidak jujur dan cacat hukum.
Ketika Pepera dilaksanakan di Papua (Juli/Agustus 1969), Rumkorem masih bertugas di Jawa di lingkungan militer Indonesia. Berbeda pandangan dengan ayahnya Major Tituler Lucas Rumkorem, Seth yang menduduki posisi Calon Perwira dengan pangkat Kapten itu menilai kedatangan dan kemenangan Indonesia dalam Pepera-1969 sama sekali tidak benar dan tidak sesuai dengan isi, dan jiwa Perjanjian New York (New York Agreement) dimana azas Satu Orang Satu Suara (One Man One Vote) diingkari dan diganti dengan system Musyawarah dimana Pemerintah kolonial Indonesia dengan memilih hanya 1025 orang yang didominasi oleh kaum pendatang dan orang Papua pro-NKRI untuk mewakili orang Papua yang ketika itu berjumlah 800.000 jiwa.
Darahnya mendidih, jiwanya memberontak. Ia mengatur rencana untuk menolong dan melanjutkan perjuangan phisik bangsa dan rakyatnya yang dipimpin oleh Sersan Dua PVK Permenas Ferry Awom yang dimulai dengan pembongkaran markas Arfai Manokwari, pada tanggal 28 Juli 1965.
Akhir tahun 1969, setelah Pepera dilaksanakan, Indonesia dinyatakan menang dalam pengertian Rakyat Papua Barat yang diwakili oleh 1025 orang Anggota DMP-69 (Dewan Musyawarah Pepera-1969) walaupun semua orang Papua mengetahui bahwa kemenangan Indonesia atas Papua dicapai melalui kecurangan, ketidak-adilan, penangkapan dan pembunuhan terhadap orang2 Papua Pro-Merdeka. Sekitar bulan November 1969, Kapten Rumkorem ditugaskan oleh atasannya untuk melakukan penyelidikan dan pemeriksaan kas negara di Jayapura dan Wamena. Inilah kesempatan emas yang ditunggu-tunggu olehnya untuk bergabung dengan Gerakan Perlawanan Papua Merdeka yang didirikan oleh putra2 Papua yang berbasis di daerah Perbatasan. Dan akhirnya, pada tanggal 17 Juli 1970, dengan bantuan kurir laut Papua Merdeka, Kapten Seth Jafet Rumkorem diselundupkan lewat laut ke perbatasan dan bergabung dengan Jacob H. Prai dan kawan2.
FKPPB Angkatan 1969.
Gerakan Perlawanan yang dibangun didaerah perbatasan sebagai kelanjutan dari Perjuangan Operasi Papua Merdeka 28 Juli 1965, adalah: FRONT KOMANDO PEMBEBASAN PAPUA BARAT – ANGKATAN 1969 (FKPPB-1969) yang di ketuai oleh: Tuan Menase Suwae, dibantu oleh Marthen Jelmau (Sekretaris Jenderal), Bob Kubia (Kepala Staff), Jacob H. Prai (Anggota), Leo Yambi (Anggota).
Tn. Jacob H.Prai kemudian diangkat sebagai Sekretaris Jenderal menggantikan Marthen Jelmau yang tertangkap di Jayapura bersama Amos Indey ketika sedang menjalankan tugas untuk bertemu dengan tokoh2 kemerdekaan Papua di Jayapura. Keduanya ditahan di rumah tahanan Kodim Dok-V. Marthen Jelmau hilang secara kejam ditangan pasukan Kopasgat yang dibina oleh Pangdam XVII/Cenderawasih, Kolonel Sarwo Eddie. Sedangkan Amos Indey berhasil menghilang dari rumah tahanan, menyeberang perbatasan dan bergabung kembali dengan Menase Suwae dan kawan2 di perbatasan. ...……………….. wapupi0275.
(Bersambung, menjelang Proklamasi 1 Juli 1971).
Comments