Skip to main content

MRP Menjual Tanah Masyarakat Papua Melalui Jalan Trans Papua.

MRP Kurang Analisis yang mendalam Dampak Dari Jalan Trans Papua. Menangkapi Sikap MRP pada tanggal  09 Desember 2019 Menyepakati Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana menyerahkan pembangunan Jalan Trans Papua di beberapa titik rawan kepada TNI.

Majelis Rakyat Papua (MRP) menyatakan bahwa hal itu merupakan solusi yang tepat untuk mempercepat pembangunan di Papua.

Saya sebagai Anak Papua Kesal Terhadap Majelis Rakyat PAPUA yang Kurang Analisis dampak dari Jalan Trans Papua yang rencananya Dibekap Oleh TNI.

Selama ini MRP mengkampanye melalui Media Radio, lisan Tulisan untuk Masyarakat Papua agar Tidak Menjual Tanah sembarang.

Maklumat Melarang Menjual Tanah Tetapi, Menyetujui Pembangunan Jalan Trans itu Hal yang tidak masuk Akal karena, Ketika pembongkaran jalan dari satu kampung ke kampung lainnya  otomatis Para Pemodal akan berbondong-bondong membawa uangnya kepada masyarakat Papua.

Ketika Jalan Trans itu tidak dibongkar maka, Tanah dan Hutan masih milik masyarakat adat juga masih dilindungi oleh Masyarakat karena, tanah dan hutan adalah Mama yang memberikan makanan, sayuran, buah-buahan.

Jika MRP Sepakati pernyataan PUPR Pembangunan Jalan Trans Dibekap Oleh Pihak TNI  itu sama saja Tanah disekitar Jalan Trans Papua, MRP Menjual  dan menyerahkan Tanah Masyarakat Papua kepada Pihak yang berkuasa atau kepada Pemodal.

Tulisan Singkat Ini Mengritik MRP yang kurang Analisis, Apa Dampak yang dihadapi oleh Masyarakat Dari Jalan Trans Papua? Jalan Trans Papua Untuk Siapa?

MRP Tidak berpikir panjang atau tidak Menganalisis Efek yang akan terjadi ketika Pembongkaran Jalan Trans Papua?

Pertama: Tanah disekitar Jalan Trans Papua Akan dikuasai Oleh Pihak TNI POLRI untuk pengamanan atau Pos TNI
Kedua :Tanah Disekitar Jalan Trans Papua Akan Direbut Oleh Pihak Yang Bermodal.
Ketiga :Tanah Disekitar Jalan Trans Bukan lagi Milik Masyarakat adat tetapi Menjadi Tanah Strategis Bagi Pemodal.
KeEmpat : Tanah Strategis sekitar Jalan Trans Papua Menjadi Tanah Unggul untuk dijual Oleh Masyarakat.
Kelima: Tanah yang dulunya milik satu suku Menjadi milik Satu orang Kepala Suka.
Keenam: Tanah Papua Bukan Milik Masyarakat Papua lagi Tetapi Milik Pemodal.

Holandia, Sabtu 14, Desember 2019
Tulisan kritik Oleh Proletar Untuk MRP.

Comments

Popular posts from this blog

KRONOLOGI LENGKAP MEY DAY Dan 56 Tahun Aneksasi West Papua

Sumber: Grup Facebook (Koran Kejora) Yogyakarta (1/5) Penghadangan, Represi, Pemukulan, dan Perusakan oleh aparat Kepolisian Resor Kota Yogya karta terhadap massa aksi KAMRAT (Komite Aksi Mayday untuk Rakyat) dalam memperingati Hari Buruh Internasional dan 56 Tahun Aneksasi West Papua. Pukul 07.00 WIB, massa aksi berkumpul di titik kumpul (Asrama Kamasan) mempersiapkan perlengkapan aksi. Pukul 09.45 WIB, Massa Aksi bersiap, berbaris keluar Kamasan, Long March menuju Titik Nol KM. Pukul 10.00 WIB, Kapolresta Yogyakarta, Armaini, menghalangi massa aksi bergerak ke Titik Nol, dengan alasan ada massa tandingan dari ormas Paksi Katon dan FJR. Kapolres bersikeras agar Massa Aksi KAMRAT berpindah lokasi aksi. Pukul 10.10 WIB, Negosiator, Korlap Aksi dan pendamping hukum dari LBH Yogyakarta melakukan perundingan dengan Kapolres agar Massa Aksi tetap bisa bergerak menuju Titik Nol KM. Pukul 11.00 WIB, Perundingan berjalan alot dan akhirnya massa aksi berkompromi dan akan be...

Yogyakarta–1 Mei 2019. Aliansi yang tergabung dalam Komite aksi Mayday untuk Rakyat (KAMRAT

Yogyakarta–1 Mei 2019. Aliansi yang tergabung dalam Komite aksi Mayday untuk Rakyat (KAMRAT) hidadang oleh aparatur kepolisian Yogyakarta. Dampak dari prmblokadean jalan yang dilakukan oleh aparat kepolisian mengakibatkan aktivitas warga peguna jalan Kusuma Negara Yogyakarta terganggu. Awalnya, massa aksi hendak melakukan aksi damai dalam bentuk long-march menuju titik Nol (0) Km, sesuai degan surat pemberitahuan aksi yang di berikan kepada pihak kepolisian pada tgl 29 Mei. Anehnya aksi yang baru dimulai lansung dihadang degan alasan titik nol rawan?. Padahal, selain Aliansi kamrade, ada beberapa Aliansi lain yang juga melakukan aksi dalam memeprugati hari buruh Internasional di Titik nol Km. Artinya, jelas bahwa, aparat kepolisian yang Rasis, berdiri sebagai garis depan untuk untuk melindungi kepentingan elit politik borjuasi nasional yang selama ini menindas dan penjajah rakyatnya sendiri. Selain rakyat yang menjadi korban, kepolisian dgn jelas menghancurkan Konstitusi (Pa...